Teh Telur Segar Berkhasiat

Teh Telur Segar Berkhasiat
By Republika Contributor

Teh merupakan salah satu minuman favorit masyarakat di Indonesia. Selain dinikmati sebagai minuman penyegar usai bersantap, teh juga bisa menjadi minuman berkhasiat yang menyehatkan tubuh. Teh telur atau teh talua asal ranah Minang merupakan salah satu pilihan menarik.

Jika belum pernah mencicipi teh dengan campuran kuning telur itu, sebaiknya Anda mencobanya. Jangan khawatir dengan rasa amis yang berasal dari kuning telur.

Jika dilakukan dengan tepat, tak akan ada rasa yang membuat penikmatnya merasa mual. Minuman yang konon merupakan sajian wajib masyarakat Minang ketika sarapan dan dikala santai diyakini memiliki khasiat yang menyehatkan tubuh.

Pemilik Martabak Kubang di Depok, Jawa Barat, Iwan membenarkan hal itu. Menurut dia, sajian teh telur selain menyegar juga memberikan khasiat. Maka tak heran teh talua atau teh telur kini menjadi merupakan minuman favorit konsumen saat berkunjung ke restorannya.

“Di Padang sana, pemuda yang berasa lelah atau capai tidak pernah minum obat-obatan. Hanya meminum Teh Telur, badan yang terasa lemah dan lesu kembali lebih bugar. Jika akan melakukan kerja malam atau lembur, posisi teh bisa digantikan kopi. Dijamin Anda tidak akan tidur,” tuturnya kepada Republika Online, belum lama ini.

Menurut Iwan, teh telur juga berkhasiat menghangatkan badan disaat cuaca dingin. Lebih dari itu, teh telur tidak saja soal khasiat dan citarasa tapi juga wujud seni lain saat menikmati teh.

Dari segi rasa, teh telur mirip seperti teh tarik asal India. Hanya saja, campuran kuning telur menjadi pembeda. Sama seperti sajian teh tarik, teh telur tidak hanya dinikmati selagi hangat tapi juga nikmat bila diberikan es. Dengan begitu, sajian teh telur bisa menjadi alternatif minuman sehat dikala santai bersama kerabat.

Diakui Iwan, tidak semua restoran masakan Padang menyajikan teh telur sebagai minuman. Meski begitu, sajian teh telur telah begitu luas dikenal masyarakat terutama kalangan anak muda. Untuk menikmati sajian teh telur di Martabak Kubang, anda cukup membayar 8 ribu rupiah saja. Jika dirasa ingin berhemat, Anda bisa membuat sendiri

Cara membuatnya begitu mudah, Anda hanya menyiapkan teh kental, telur, susu kental dan gula. Sajikan terlebih dahulu teh kental, jika ingin terasa kekentalannya maka gunakan teh bubuk jangan teh celup. Lalu, pisahkan kuning telur dan putih telur lalu masukan gula sembari diaduk bersamaan. Ketepatan paduan bahan menjadi kunci untuk menghilangkan rasa amis yang ditimbulkan kuning telur. Selamat mencoba. (cr2/rin)

Sumber: Republika Online

Emping, Si Kerupuk Melinjo

Emping, Si Kerupuk Melinjo
Odilia Winneke – detikFood

Jakarta – Emping? Hmm..banyak orang sekarang takut menyantapnya. Padahal rasanya yang gurih renyah dengan aroma wanginya bisa bikin ketagihan. Jakarta juga punya koleksi emping yang yahud. Bukan hanya besar ukurannya tetapi renyah gurih melayang rasanya. Cobain yuk!

Kalau bicara soal emping memang tak ada habisnya seperti saat mengunyahnya. Emping merupakan hasil olahan biji buah melinjo. Buah ini dihasilkan oleh pohon melinjo yang dikenal dengan sebutana tangkil. Pohonnya tinggi besar, batangnya kokoh, dengan daun yang oval licin.

Di berbagai daerah terdapat pohon melinjo juga di Jakarta. Kawasan yang terkenal sebagai penghasil melinjo adalah Condet. Kawasan ini oleh Gubernur DKI Ali Sadikin pada tahun 1975 ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Daerah yang sejuk dengan rerimbunan pepohonan ini meliputi kelurahan Batu Ampar, Bale Kambang dan Kampung Tengah atau Gedong.

Di Condet terkenal hasil buah yang berkualitas bagus seperi kecapi, duku, salak, durian dan emping. Sayang sekali kini sulit mencari buah-buahan asli tersebut. Jika sedang musim biasanya salak, duku dan emping dijajakan di pinggir jalan di depan rumah penduduk.

Emping Condet berbeda dengan emping dari daerah lain. Biji melinjonya disangrai dalam pasir panas sehingga matang. Kemudian biji ini dikupas kulit kerasnya dan dipipihkan dengan palu. Biasanya beberapa biji dipipihkan bersambungan sehingga membentuk lingkaran kerupuk yang tipis lebar. Diameternya ada yang 10 cm sampai 20 cm.

Setelah digoreng barulah mengembang dan makin terasa gurih enaknya. Bisa dimakan begitu saja tetapi makin enak dijadikan topping soto Betawi, gado-gado atau sop kaki kambing. Soal ancaman kandungan asam urat, tak usahlah terlalu risau. Kalau tak tiap hari siapa takut?

Sambil makan emping boleh juga kite berpantun kayak encing dan encang:

metik kwini jangan dikadut
kalu dikadut banyak getahnye
nyari bini jangan nyang gendut
kalu nyang gendut banyak anaknye

Sumber: detikFood

Yuk Kite Makan Nasi Uduk Betawi!

Yuk Kite Makan Nasi Uduk Betawi!
Odilia Winneke – detikFood

Jakarta – Sudah berapa lama tinggal di Jakarta? Sudah pernah mencicipi nasi uduk Betawi? Hmm…kalau belum, mumpung Jakarta lagi ulang tahun, siang ini bisa mampir ke warung nasi uduk. Nasinya pulen gurih, lauknya komplet dan sambalnya pedas gurih!

Nasi uduk merupakan salah satu koleksi kuliner Betawi yang sudah jadi ikon kota metropolitan ini. Nasi ini merupakan sajian nasi komplet dengan lauk-pauknya. Ada yang bilang nasi ini merupakan kuliner Betawi asli. Namun, ada juga yang bilang kalau nasi ini pengaruh kuliner India yang memang punya koleksi nasi gurih yang mirip, diolah dari beras basmati.

Uniknya nasi uduk Betawi bisa dinikmati kapan saja. Bisa untuk sarapan, makan siang atau makan malam. Karena itu warung nasi uduk juga ada yang buka malam hari. Yang tersohor nasi uduk di kawasan Kebon Kacang dan Palmerah yang masih memegang ‘aliran’ Betawi asli.

Sajian ini terdiri dari nasi uduk yaitu nasi yang ditanak dengan santan, daun salam, dan serai sehingga pulen, gurih dan wangi. Nasi ini dibungkus daun pisang berbentuk kerucut dengans eikit taburan bawang merah goreng di atasnya. Kualitas nasi ini yang menentukan enak tidaknya nasi uduk.

Lauk-pauknya terdiri dari ayam, jeroan ayam, paru, empal, tahu dan tempe yang semuanya digoreng. Sedangkan yang khas adalah semur jengkol dan semur tahu kentang Cocolan yang wajib adalah sambal kemiri yang kemerahan dan kental, kadang ditambah dengan sambal biasa plus kecap manis.

Paling afdol makan nasi uduk pakai tangan langsung beralas daun pisang. Lauk-pauk bisa dipilih sesuai selera, setelah nasi diaduk dengan sambal, barulah disuap dengan lauk pilihan. Lalap daun kemangi, timun dan tomat disajikan sebagai pelengkap. Ciri khas setelah menyantap nasi uduk ini ya keringat berlelehan dan perut kenyang. Sedap benar!

Kalau ingin makan siang bermenu nasi uduk, coba pilih salah satu warung makan yang buka siang hari ini.

Kedai Nasi Uduk & Ayam Goreng
‘Puas Hati’
Jl. Kebon Kacang I no.63
Jakarta Pusat
Telpon: 021-3919031

Nasi Uduk Bang Muri
Pertigaan Jl. Palmerah Barat-Jl.Kebayoran Lama-Rawa Belong
Jakarta Barat

Nasi Uduk Hj.Ellya
Jl. Pedanggrahan bo. 169, Kembangan
Jakarta Barat
Telpon: 021-70978034

Rumah Makan Ayam Goreng & Nasi Uduk
H.Babe Saman
Jl. Kebon Kacang I
Jakarta Pusat
Telpon: 021- 3145429

Nasi Uduk Bang Jali
Samping Senayan Residence
Jl. Patal Senayan

Sumber: detikFood

Nyang Ini Pecak Gurame Babe Punye!

Nyang Ini Pecak Gurame Babe Punye!
Devita Sari – detikFood

Pecak gurame racikan Haji Muhayar ini memang patut diacungi jempol. Guramenya digoreng kering lalu diguyur saus yang rasanya asam pedas. Sungguh menggugah selera. Ikannya segar, digoreng garing diluar dan lembut di dalam. Belum lagi sambal dadak yang pedesnya nonjok, makin membuat kalap makan siang a la Betawi kali ini!

Makanan Betawi memang kagak ada matinye! Hal itu kami buktikan di rumah makan yang ada di bilangan Jl. Taman Margasatwa Ragunan. Kebetulan letaknya tak jauh dari kantor, nah jadilah siang itu kami beramai-ramai mengunjungi RM H Muhayar. Jika dari arah Kuningan, posisi RM Betawi ini ada di sebelah kiri jalan, tepat setelah Telkom Ragunan.

Siang itu sudah tampak jejeran mobil-mobil yang diparkir di pinggir jalan nyaris menutup bangunan rumah makan. Layaknya RM Betawi pada umumnya, rumah makan Haji Muhayar ini pun tampil sederhana. Meja-meja dan kursi plastik ditata menempel dinding rumah makan berlantai dua ini.

Saat akan memasuki rumah makan, seorang bapak dengan ramah mempersilahkan kami masuk. Mengingat siang itu situasi rumah makan bisa dibilang ramai, namun kami masih menerima sapaan ramah. Tak lama kemudian seorang pelayan langsung datang dan dengan sigap mencatat pesanan kami.

Yang menjadi andalan rumah makan Betawi ini adalah Pecak Ikan Gurame Goreng dan Ayam Kampung Goreng. Selain itu ada pula ikan mas dan ikan lele yang bisa digoreng, dipecak, dan dibakar. Sebagai pelengkap di atas meja ada mangkok mungil yang berisi sambal terasi, pisang, dan timun.

Satu per satu pecak gurame, ayam goreng, dan sayur asem khas Betawi disajikan di atas meja. Tak lupa lalapan yang terdiri dari dua piring berupa rebusan daun pepaya, kenikir, selada, kemangi dan kacang panjang ikut disajikan. Buat penyuka pedas, hmm… sambal terasi rumah makan ini tentunya tak boleh dilewatkan.

Pecak Gurame disajikan dalam piring oval, ikan guramenya berukuran sedang dengan guyuran kuah pecak. Ukuran yang besar membuatnya bisa dinikmati 2-3 orang. Sedangkan yang dimaksud pecak disini adalah ulekan cabai merah, bawang merah, dan jeruk nipis yang disiramkan diatas tubuh gurame. Jejak bau amis dan bau tanah yang biasa menjadi BB gurame pun tak lagi tercium pada hidangan ini.

Soal bumbu pecak ini, ada warung yang membuat racikan dengan warna kuning oranye karena pemakaian kunyit dan cabai yang garang. Namun, racikan Haji Muhayar ini lebih cantik tanpa kehilangan rasa pedas, gurih yang seimbang!

Sepiring nasi putih hangat menjadi teman menikamti pecak gurame goreng. Ikan guramenya berwarna kecokelatan, digoreng dengan minyak panas yang tinggi. Hasilnya, luarnya garing, dalamnya sangat lembut gurih! Aroma rempah lamat-lamat langsung tercium saat saya menyuapkannya ke dalam mulut bersama nasi. Nyam nyam… rasa asam, pedas, dan sedikit asin dari kuah pecak sangat serasi beradu dengan daging gurame yang segar. Karena penyuka pedas, saya tambahkan sedikit sambal terasi. Wuihh… ternyata rasanya jadi makin dahsyat, saya pun jadi tambah kalap dibuatnya!

Sajian lain yang tak kalah memikat adalah ayam goreng kampung warung Betawi ini. Ayam kampungnya digoreng kecokelatan, tidak terlalu kering. Tanpa kesulitan si daging langsung terkoyak, benar-benar terasa empuk dengan bumbu yang benar-benar meresap sempurna. Aroma bawang putih tercium kuat. Dengan pelengkap berupa sayur asem, sambal terasi dan lalapan, hmm… jadi makin dahsyat!.

Yang tak kalah enak dan unik adalah sayur asem khas Betawi yang ada di rumah makan ini. Isinya berupa kacang kulit, jagung, pepaya muda, labu siem. Bedanya di sayur asem ini terdapat potongan oncom berukuran segi empat yang membedakannya dari sayur asem lainnya. Kuahnya pun bening tanpa gerusan cabai atau kacang. Rasanya murni asam segar sedikit gurih. Potongan oncom yang mirip potongan bata ini jadi ciri khas Betawinya.

Untuk seporsi Pecak Ikan Gurame Goreng yang lezat saya cukup membayar Rp 40.000, sedangkan untuk sepotong ayam goreng kampung Rp 18.000,00 dan Rp 4000.000 saja untuk seporsi sayur asem Betawi. Nah, tertarik ingin menjajal kedahsyatan kuliner Betawi di hari ulang tahun Jakarte nanti? Nyokk… kita rame-rame makan di warung babe Muhayar aje!

Warung Betawi Haji Muhayar
Jl. Taman Margasatwa No.8
Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Telp: 021-7813945
HP: 0812-858-2750
Jam Buka: 08.00 – 21.00

Sumber: detikFood

“Manohara” Diserbu Penggemar Ayam Goreng

“Manohara” Diserbu Penggemar Ayam Goreng
By Republika Newsroom

Kisah duka Manohara, isteri Pangeran Tengku Muhammad Fahry dari Kesultanan Kelantan Malaysia yang berujung popularitas di tanah air juga merebak di Bandung dan sekitarnya termasuk Sumedang yang dikenal kota jajanan dan kuliner.Sebuah kedai makanan berlokasi di Jalan Angkrek no 13 Sumedang yang ikut menangguk kecipratan keuntungan hanya dengan menyediakan menu baru diberi nama “Ayam Goreng Manohara”, karena terus diserbu pembeli.

Subur Setio, pemilik kedai di sela-sela kesibukan melayani pembeli kepada ANTARA, Rabu mengaku mendapatkan omzet rata-rata Rp 2 juta per hari bersamaan tersedianya menu baru Manohara sejak sepekan belakangan.Kedai itu sendiri buka dalam sepekan setelah terinspirasi ketenaran nama Manohara yang hampir setiap hari ditayangkan seluruh stasiun televisi nasional dan media cetak.”Kedai ini tidak ada hubungannya dengan Manohara yang lagi top itu, tapi saya kira dia tidak ada masalah namanya saya pakai untuk kedai ayam goreng,” ucap Subur seadanya.

Kekhasan ayam goreng Manohara di Sumedang itu berupa potongan ayam disayat, ditusuk, dan diberi bumbu serundeng. Ide disayatnya ayam ini muncul dari kisah Manohara itu sendiri yang kerap disayat oleh suaminya. Setio yang awalnya merupakan pedagang emas ini telah berusaha untuk mempromosikan kedainya salah satunya dengan beriklan di salah satu televisi swasta.

Kedai buka dari pukul 14.00 dengan menu andalan “Ayam goreng Manohara atau sayat” yang dibandrol Rp.7000. Kedai ini banyak dikunjungi anak muda karena lokasinya dekat dengan kampus Universitas Sebelas April Sumedang. Faktor lokasi yang strategis ini membuat kedai ayam ini semakin ramai dikunjungi.

Ide penamaan tempat usaha dengan nama orang terkenal bukanlah hal baru. Sebelumnya banyak terjadi hal serupa yang dilakukan oleh orang-orang bisnis dalam menyiasati usaha mereka agar mendapat hasil yang memuaskan. Tak hanya nama orang terkenal yang jadi inspirasi, tetapi juga peristiwa yang terjadi dan cukup menghebohkan.

Sebut saja beberapa tahun ke belakang ketika di Aceh terjadi musibah tsunami, para pengusaha kerudung membuat kerudung yang disebut “kerudung tsunami” padahal bentuk kerudungnya tak jauh berbeda dengan kerudung langsung pakai yang sudah ada di pasaran. ant/kpo

Sumber: Republika Online

Nikmat Racik Istimewa Martabak Kubang

Nikmat Racik Istimewa Martabak Kubang
By Republika Newsroom

Martabak adalah salah satu jenis jajanan yang umum ditemui di tanah air. Bagi para penggemarnya, tak lengkap rasa jika belum mencicipi martabak Kubang. Rasanya yang gurih dengan campuran bumbu racikan rempah, ditambah dengan kuah sebagai pelengkap, dijamin membuat ketagihan ketika menyantapnya.

Jajanan asli Mesir tersebut pada awalnya tidak begitu dilirik. Namun, dengan kreasi olahan rasa yang disesuaikan dengan lidah orang Indonesia, martabak Kubang bisa mendapat tempat di berbagai kalangan sebagai makanan favorit.

Menurut Pemilik Restoran Martabak Kubang di Depok, Jawa Barat, Iwan, sejarah perkenalan martabak seiring sejalan dengan martabak Kubang. Dikatakan Kubang, karena martabak tersebut berasal dari sebuah daerah di Kabupaten Lima Puluh Kota, Padang, Sumatera Barat.

“Awalnya, martabak dibuat dan diperkenalkan oleh H. Yusri Darwis di Sumatera Barat. Kala itu, martabak memang telah dikenal sebagai makanan asli Mesir,” kata Iwan kepada Republika Online, Selasa (16/6).

Iwan mengaku, rahasia utama Martabak Kubang terletak pada bumbu olahan daging yang menjadi isi Martabak. “Jika martabak aslinya terasa datar atau hambar maka martabak kubang ibarat memakan rendang. Rasa pedas dari racikan rempah begitu terasa,” tutur Iwan.

Racikan pun tidak sembarang dibuat, karena berasal dari resep Yusril Darwis yang mengirim langsung dari Kubang. Menurutnya, rasa yang dihasilkan merupakan hasil perpaduan 16 rempah yang terserap dalam balutan daging, daun bawang, selederi dan telur bebek. “Campuran bahan, kami jaga keseimbangannya. Karena jika lebih saja dari takaran maka akan terasa beda,” kata dia.

Selain itu, kata Iwan, martabak kubang, takaran daging begitu dominan. Bayangkan untuk satu kilo daging yang dirancak bisa menjadi 15 martabak Kubang dan 10 martabak Kubang Spesial. Hingga dirata, 60 kg daging sapi segar habis dikonsumsi perhari dari 4 cabang martabak Kubang. Daging sapi pun tak sembarang daging, dagingnya harus segar yang baru saja dipotong. Karena diyakini Iwan, kesegaran daging menjadi faktor penting dalam penyajian.

Rahasia kelezatan, martabak Kubang tidak hanya terletak pada martabaknya saja. tetapi sambal ajaib yang juga merupakan resep rahasia. Selintas, sambal terlihat sederhana yakni berisi irisan tomat, cabai hijau dan bawang bombai. Namun, ketika dicicipi, rasa asam yang berasal dari cuka, kemudian manis yang berasal dari kecap serta rasa pedas yang berasal dari cabai hijau bersatu padu dengan nikmatnya dalam lidah.

“Mungkin, ketika pelanggan yang pernah mencicipi kemudian akan membuat sendiri akan kecewa karena rasanya tidak sama dengan buatan martabak kubang. Seperti memasak bumbu untuk isi martabak, keseimbangan bahan menjadi kunci penting rasa sambal,” katanya.

Ketika mencicipi, terasa anda menikmati sajian kebab Timur Tengah. Hanya saja, dagingnya terasa gurih dan lembut layaknya rendang. Rasa semakin mantap ketika dicolekan ke dalam sambal. Rasa manis, pedas dan asam tercampur nikmat dengan daging plus daun bawang dan seledri.

Jika pengunjung memang memiliki rasa lapar tingkat tinggi, maka Iwan pun memperkenankan penggunjung memesan nasi atau roti cenai. “Biasanya, kalau yang memesan pakai nasi itu mahasiswa. Mereka beli satu porsi martabak kemudian bawa nasi sendiri dan makan ramai-ramai,” cerita Iwan.

Kisah Sukses

Bercerita mengenai awal kesukesan Martabak Kubang, sebenarnya tak terlalu mulus. Martabak Kubang pertama kali dijual menggunakan gerobak di Padang, Sumatera Barat. Kemudian sekitar tahun 1974, H. Yusri Darwis, Dasril (alm) dan Iwan memutuskan untuk berdagang di Jakarta.

Kemudian 10 April 1988, dibukalah cabang pertama yang berlokasi di Jalan Prof. Dr. Saharjo,Tebet, Jakarta Selatan. 3 tahun pertama diceritakan Iwan merupakan fase yang sangat sulit. Karena saat itu, martabak belum dikenal luas masyarakat.

Berkat kerja keras dan pantang mundur, lambat laun martabak Kubang mulai akrab dilidah masyarakat Jakarta. Hasilnya, enam tahun berselang tepatnya tahun 1994, Iwan membuka cabang pertama di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat. Tak disangka, masyarakat Depok cepat akrab dengan martabak Kubang. lantas, dia pun memperluas usaha di daerah Kelapa Gading pada tahun 2000. Namun, ternyata tidak sesukses dua cabang sebelumnya.

Tak menyerah, tahun 2007, Iwan membuka cabang ketiganya di kawasana Kalimalang, Jakarta Timur. Sambutan luar biasa diperoleh Iwan. Dia pun memutuskan untuk membuka cabang di daerah Serpong, Tangerang, Banten. Lagi-lagi sambutan masyarakat Serpong begitu antusias.

“Alhamdulillah, Jadi prinsip saya semakin memperbanyak outlet maka makin luas pula pasarannya. Jadi makin terkenal kita juga mudah memasarkannya,” tutur Iwan prihal kesuksesannya. Kini kesuksesan Iwan memicu kemunculan martabak-martabak kaki lima di seantero Jakarta.

Hingga kini, untuk menjaga kualitas Martabak Kubang, Iwan tidak memperkenankan pembuatan franchise martabak Kubang. Pernah suatu ketikam kedutaaan besar Singapura mengajaknya berkerja sama, namun Iwan tetap teguh pada pendirian untuk tidak mendirikan franchise.

Sebagai langkah penjagaan mutu, Iwan pun memantenkan merk Martabak Kubang sehingga pedagang-pedagang martabak lain tidak bisa menggunakan nama martabak kubang secara sembarang. “Kebanyakan pedagang lain menggunakan martabak mesir sebagai nama jualan,” kata dia. Iwan berani menjamin keaslian dan originalitas martabak Kubang.

Dibuka pukul 11.30 WIB hingga 23.00 WIB disetiap cabang Martabak Kubang. Pecinta kuliner bisa menikmati sajian Martabak Kubang biasa dengan harga 19 ribu rupiah. Sedangkan untuk martabak Kubang spesial dijual dengan harga 22 ribu rupiah. Bila ditambah seporsi teh telur menyegarkan cukup menambah 8 ribu rupiah.

Selain menyajikan Martabak Kubang sebagai favorit, turut disajikan makanan lain yang tak kalah dengan sajian Martabak Kubang, anda bisa mencicipi nasi goreng Padang, Soto Padang, Es Tebak, Mie rebus dan goreng Padang. Anda tertarik? (cr2/rin)

Sumber: Republika Online

Nostalgia Sate Kambing Pak Hardjono

Nostalgia Sate Kambing Pak Hardjono
Odilia Winneke – detikFood

Jakarta – Kalau menyantap satai kambing memang harus berlagak lupa-lupa ingat akan kadar kolesterol darah. Apalagi satai kambing yang satu ini. Potongan dagingnya besar berselingan dengan lemak yang sudah sedikit gosong. Dilumuri kecap manis plus disuap bersama irisan tomat dan bawang merah. Amboiii..lezat dahsyat!

Jika ada yang tanya ‘Sate kambing mana yang paling enak?’, pastilah nama warung sate kambing Djono Jogya bakal disebut. Warung sate ini memang sudah ada di kawasan Pejompongan sejak tahun 1980 an. Karena itu pula dengan rasa kangen berat akan sate kambing, Sabtu malam itu saya pun berusaha melacak kembali kelezatan sate kambing ini.

Ternyata tak banyak yang berubah, ada jajaran panggangan sate ada di depan rumah makan yang sederhana, tanpa AC ini. Terus terang kepulan asap yang wangi ini sering membuat rasa lapar jadi makin berat. Selain sate kambing, andalan rumah makan yang dirintis oleh almarhum pak Hardjono ini adalah sup kambing dan gule kambing.

Di salah satu lemari kaca terdapat juga cobek besar tempat meracik karedok dan gado-gado. Ya, dua makanan berbasis sayuran ini juga banyak digemari pengunjung termasuk saya. Maka malam itu saya memesan gado-gado selain sate kambing, sate ayam, dan sup kambing.

Bicara soal sate kambing dengan embel-embel Jogya ini menunjukkan asal si pemilik. Karena di Jogya sate kambing tidaklah terlalu kondang. Sambil menunggu sate kambing dibakar, sayapun tak membiarkan mulut menganggur. Seporsi tahu Sumedang yang panas mengepulpun kami kunyah bersama cabai rawit segar! Gurih, lembut dan dengan kulit garing di luar menunjukkan kualitas tahu yang bagus!

Gado-gado dan sup kambing datang lebih cepat. Gado-gadonya tak jauh beda dengan tampilan gado-gado uleg umumnya. Sayuran yang terdiri dari kacang panjang, tauge, kol dan kangkung berlumuran bumbu kacang yang mlekoh dan tebal. Gurih manis pedas, paduan rasa yang segar di mulut. Ternyata enak juga malam-malam makan gado-gado!

Sup kambing yang disajikan dalam mangkuk sedang berkuah bening. Aroma wangi kaldu menebar, menusuk hidung. Kuahnya gurih, dengan rasa kaldu yang kuat. Sementara iga kambing yang mungil terasa sungguh empuk dan mudah dikunyah. Benar-benar dimasak dengan api kecil dan lama sehingga kaldunyapun memberi kepekatan rasa kaldu kambing yang kuat.

Rasa alami kaldu sup kambing ini sangat berjodoh dengan sate kambing yang garang. Potongan daging kambingnya cukup besar dengan selipan lemak muda yang cukup besar juga. Dagingnya empuk dan lemaknya langsung nyuuusss..saat digigit, gurih dengan aroma bakar yang kuat. Olesan sedikit kecap manis dan cocolan irisan tomat dan bawang merah menjadi pelengkap yang pas. Rasa gurihnya jadi tidak berbekas di rongga mulut!

Tampilan sate ayam tak jauh beda dengan sate kambing. Potongan dagingnya besar-besar dengan pelengkap sambal kacang. Sayang sekali potongan daging yang besar itu kurang ocok buat saya. Terasa terlalu tebal, kurang meresap bumbunya. Tidak seperti sate ayam Madura yang agak tipis, lebih gurih dan enak.

Puas rasanya sudah menebus kangen sate kambing pak Djono yang ternyata masih konsisten dengan empuk dan lembutnya daging kambing. Harga yang saya bayarpun sesuai dengan kelezatannya. Seporsi sate kambing (10 tusuk) Rp. 34.000,00, sate ayam Rp. 28.000,00 dan seporsi gado-gado Rp. 12.000,00.

Sate Djono Jogya
Jl Penjernihan I No 5B
Pejompongan
Jakarta Pusat
Telpon: 021-5701292.

Sumber:  detikFood

Angsa Bakar dan Oseng Emprit

Angsa Bakar dan Oseng Emprit
IGN sawabi

MENCARI makanan eksotis dengan cita rasa nan tak terlupakan, tidaklah sulit jika anda berkunjung ke Yogyakarta. Warung bakmi dengan sederet nama terkenal, restoran dengan sajian memukau ada di hampir setiap tikungan jalan, bahkan hingga ke pelosok kampung pun banyak ditemukan.

Mereka berlomba menggugah selera tetamunya. Salah satunya, yakni Waroeng Dhahar Pulosegaran di dusun Tembi, Jl Parangtritis, Bantul Yogyakarta. Di sini tamu bisa menikmati kuliner eksotis dan unik yang hanya satu-satunya di kota Yogyakarta sambil memandang hamparan sawah dan pepohonan desa Tembi yang menghijau di kejauhan.

Tembi sendiri sekarang merupakan sebuah ikon produk budaya yang terletak di selatan kota Yogyakarta. Rumah Budaya Tembi adalah sebuah usaha panjang proses perwujudan Desa Budaya berbasis lingkungan yang didirikan di dusun Tembi, desa Timbulharjo, kecamatan Sewon, kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rumah Budaya Tembi mempunyai fasilitas akomodasi bernuansa pedesaan yang merupakan sebuah usaha konservasi dari rumah limasan Jawa yang ada di pedesaan. Juga ada sarana lainnya seperti pendapa, museum, galeri, rumah penginapan, kolam renang, serta warung dhahar yang dilengkapi dengan hotspot internet.

“Masa Lalu Selalu Aktual”, menjadi visi Rumah Budaya Tembi yang menempatkan sejarah sebagai dasar pijakan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan. Sejarah sebagai pengalaman dalam proses “menjadi” dan bukan sekedar “masa lalu” yang statis.

Yogyakarta yang dikenal sebagai kota dengan aneka produk budaya juga terkenal dengan aneka ragam jenis makanannya yang khas. Khas karena makanan tersebut hanya berada atau berasal dari daerah ini.

Kalau kebetulan sedang di Yogya, pastilah mengenal jalan Parangtritis. Pada jalan ini dalam jarak tempuh 8,5 Km ada Rumah Budaya Tembi, yang didalamnya terdapat Waroeng Dhahar Pulo Segaran. Kalau ditulis lengkap jalannya, Rumah Budaya Tembi, Jl. Parangtritis Km 8,5 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

Di Waroeng Dhahar Pulo Segaran ini memang tidak hanya menyediakan jenis menu ‘tradisional’, yang cukup aneh, bahkan bisa membuat orang berkerut kening ketika mendengar. Misalnya, ada jenis menu daging bajing (tupai) yang disajikan dalam bentuk sup. Pendeknya, sup bajing (tupai). Tetapi bagi orang yang mengenal dan sering berburu bajing sampai ke desa-desa, akan bergumam: Ini dia. Selain itu, sesungguhnya ada juga daging tupai goreng atau bajing goreng. Menu-menu langka seperti ini memberikan nuansa etnik dan seperti kembali ke ‘masa laloe’.

Di Yogya memang ada beragam jenis warung dan restoran yang menyajikan menu dari beragam lokal. Pulo Segaran, tampaknya hendak melakukan eksplorasi pada menu-menu yang ‘dilupakan’, atau mungkin, menu yang ‘kurang lazim’ untuk restoran. Atau sesungguhnya, bisa pula dimengerti, menu di ‘Pulo Segaran’ adalah upaya untuk mengenali kultur lokal pada masa lalu, yang ditapaki pada makanan. Karena, dari makanan, orang bisa mengenali jenis kultur satu masyarakat tertentu.

Misalnya saja menu “Pepes Tawes Kali Opak” yang sangat lunak. Membuka bungkusan daun pisang, sebagai ciri khas dari menu pepes, dengan segera lidah akan ‘meminta’ untuk mengecapnya. Menu ‘Pepes Tawes Kali Opak’, satu porsi, termasuk sepiring nasi hanya seharga Rp 9000,-. Akan lebih terasa nendang lagi rasanya, jika dalam menikmati pepes tersebut disertai teh poci, atau jenis minuman Jawa lainnya, misalnya ‘wedang secang’ atau ‘wedang uwuh’.
Menu ‘Pepes Tawes Kali Opak’ ini mengambil formula bumbu yang sama. Artinya khas bumbu pepes. Hanya yang tersedia dibungkusan daun pisang yang telah dimasak pepes, terdapat ikan tawes. Ketika menikmatinya: ‘Rasanya Nendang’
Bagi orang yang tidak suka pedas, ‘Pepes Tawes Kali Opak’ tetap bisa dinikmati. Karena, meski memakai cabe, tetapi tidak membawa rasa pedas. Kalau memerlukan rasa pedas, tinggal ditambahi sambal trasi, atau sambal tomat. Lengkap, rasa pedasnya. Dan, sambil menyuruput teh poci: seperti kembali ke masa lalu.

Bagaimana dengan oseng emprit dan gulai angsa? Rasanya, orang sudah mengenal dan mudah mencari daging kambing dan daging sapi. Atau juga ayam goreng maupun bebek goreng. Namun mungkin, jarang menemukan daging angsa atau dalam bahasa Jawa disebut banyak. Di Waroeng Dhahar Pulo Segaran tersedia menu daging banyak yang dimasak gule maupun goreng. Tamu tinggal pesan ‘gule banyak’ atau ‘goreng banyak’.

Kuah ‘gule banyak’ memberikan rasa setiap kali menikmati. Dagingnya pun empuk, sehingga tidak repot mengunyahnya. Daging goreng banyak, hampir tidak beda dengan dageng goreng bebek. Mungkin orang sulit membedakannya. Sambal terasi yang menyertai daging goreng banyak memberikan rasa tersendiri dari menu makanan ‘goreng banyak’.
Harga satu porsi termasuk murah, dengan hanya Rp. 12.600 Anda sudah bisa mendapatkan ‘gule banyak’ atau ‘goreng banyak’ dan itupun sudah termasuk sepiring nasi.

Bagi kaum muda, apalagi remaja yang ‘tidak mengenal’ menu etnik, karena terbiasa dengan menu global. Ada baiknya mencoba di Waroeng Dhahar Pulo Segaran agar mengenali ‘masa laloe’ untuk memahami kekinian. Dari menu makanan hal seperti itu bisa ditempuh. Dan Waroeng Dhahar Pulo Segaran adalah start untuk menempuhnya.

Burung pipit yang dalam bahasa Jawa disebut emprit, tak lebih merupakan burung yang menjadi hama petani. Bentuknya kecil mungil. Apakah ada dagingnya? Tentu tidak cukup seekor dua ekor untuk bisa menikmati menu satu ini. Perlu berekor-ekor emprit, baru kita bisa merasakan; oo ini yang namanya oseng emprit.

Menu-menu andalan :
– Gule Banyak
– Goreng Banyak
– Bakaran Banyak
– Tongseng Manuk Emprit
– Oseng-oseng Manuk Emprit
– Tongseng Bajing
– Sup Bajing
– Sup Iwak Nila
– Sup Pitik Kampung
– Jangan Bobor
– Jangan Tempe Lombok Ijo
– Bakmi Jowo

– Carang Gesing
– Pisang Goreng Gula Aren
– Lumpia Pitik
– Tempe Mendoan
– Tahu Susur

– Teh Poci
– Wedang Secang
– Wedang Uwuh
– Wedang Temu Lawak
– Beras Kencur
– Serbat Jahe Anget

Sumber: Kompas.com

Omelet Ayam Saus Putih

Omelet Ayam Saus Putih
Odilia Winneke – detikFood

Anak-anak sudah mulai libur? Inilah saat memanjakan mereka. Untuk sarapan,selain nasi dan roti, cobalah mengajak mereka mencicipi sesuatu yang berbeda. Omelet telur yang sudah biasa dibuat bisa disajikan dengan ayam saus putih yang gurih enak. Dijamin sarapan jadi asyik!

Bahan:

4 butir telur ayam
100 ml susu cair
1/2 sdt merica bubuk
1 sdt garam
1 sdm mentega
Ayam Saus Putih:
1 sdm mentega
20 g bawang Bombay, cincang
1 sdm tepung terigu
250 ml susu cair
100 g daging ayam rebus, potong-potong
2 sdm kacang polong beku
1/2 sdt pala bubuk
1/2 sdt merica bubuk
1 sdt garam

Cara membuat:

  • Kocok telur bersama susu, merica dan garam.
  • Panaskan mentega, buat telur kocok menjadi dua buah omelet. Angkat, sisihkan.

Ayam Saus Putih:

  • Tumis bawang Bombay hingga layu.
  • Taburi tepung terigu, aduk hingga rata.
  • Tuangi susu, aduk-aduk hingga kental.
  • Tambahkan daging ayam, kacang polong dan bumbu. Didihkan. Angkat.
  • Sajikan dengan omelet.

Untuk 4 oran9

Sumber: detikFood

Manis Legit Manisan Terong

Manis Legit Manisan Terong
Devita Sari – detikFood

Jika manisan mangga, pepaya, salak, atau manisan kedondong sudah biasa. Bagaimana dengan manisan terong? Ya, buah berwarna ungu yang biasa berakhir menjadi sayur-sayuran atau lalapan ini ternyata bisa disulap menjadi camilan. Rasanya manis, legit mengigit!

Siapa yang tak mengenal terong. Jenis tumbuhan yang tergolong dalam keluarga Solanaceae ini selain kaya gizi rasanya enak, sehingga disukai oleh banyak orang. Warna terong yang konon asli dari India ini bermacam-macam. Ada terong putih, terong ungu, dan terong hijau. Di dalam buah terdapat biji dalam jumlah banyak, berbentuk pipih, dan berwarna cokelat muda.

Di Indonesia jenis terong yang kerap dijumpai adalah terong hijau yang berbentuk panjang, berkulit mulus dan biasa diolah menjadi aneka sayuran. Sedangkan terong hijau yang berbentuk bulat atau sering disebut juga terong gelatik biasanya digunakan sebagai lalapan.

Nah, begitu banyaknya orang yang menyukai buah ini menyebabkan terong mengalami banyak perkembangan. Kini terong pun bisa diolah menjadi berbagai macam penganan seperti selai terong dan dodol terong. Di Bengkulu, terong bahkan dijadikan makanan khas yang diolah menjadi manisan.

Untuk mengolah terong menjadi manisan yang siap konsumsi tidaklah sulit. Ada tiga tahap yang harus dilakukan, yaitu tahap persiapan bahan, pengolahan, dan pengemasan produk. Tahan persiapan adalah dengan mencuci terong dengan air kapur agar bersih dari getah dan ditusuk-tusuk menggunakan garpu sejenis stainless stell.

Setelah itu proses pengolahan dengan memotong terong menjadi kecil-kecil dan kemudian merendamnya dengan air gula kurang lebih dua jam. Lalu terong dikeringkan sekitar satu sampai dua hari hingga akhirnya terbentuklah manisan terong yang siap untuk dikemas.

Nah, manisan terong dalam kemasan pun siap dijual dan dikonsumsi langsung dengan harga sekitar Rp 7000,00 per bungkus. Rasa terong yang manis legit ini nyaris mirip seperti kurma, sehingga banyak disukai. Apalagi terong juga menandung nilai gizi dan sumber kalori yang cukup tinggi. Nah, tertarik untuk mencicipi atau bahkan berbisnis manisan terong ini?

Sumber: detikFood